Budaya Patriarki memang bukan budaya baru yang mungkin belum pernah anda dengar. Budaya ini cenderung memberikan respon negatif dan dampak buruk. Namun, kenapa budaya patriarki sulit dihilangkan? Apakah memang sudah mendarah daging dan begitu sulit untuk kita hilangkan?
Setidaknya ada beberapa alasan mengapa budaya ini ada hingga saat ini. Bahkan di beberapa daerah, termasuk di negara kita budaya ini sangat kental loh! Walaupun beberapa pakar menyarankan untuk mulai meninggalkannya. Alasan tersebut akan kita bahas melalui artikel di bawah ini.
Pengertian
Pertama-tama mari kita bahas apa sebenarnya patriarki ini? Walaupun saya rasa istilah ini sudah cukup familiar di telinga kebanyakan orang. Istilah ini merujuk pada status dan peran para laki-laki yang dianggap lebih dominan dalam kehidupan. Bukan hal yang baru bahkan dari semenjak awal peradaban manusia ada, budaya ini sudah ada dan kental mendarah daging pada masyarakat.
Walaupun sejatinya sudah banyak aktivis terutama kaum feminis yang menentang hal ini. Bahkan masalah kesejahteraan gender sendiri sudah ada di negara kita semenjak zaman penjajahan yang diusung oleh RA. Kartini, bukan? Lantas mengapa anggapan dalam budaya ini seolah-olah mutlak dan sulit kita rombak?
Banyak orang bahkan para ibu-ibu juga yakin dan menghormati budaya ini. Dimana para pria atau laki-laki dianggap lebih superior, lebih berkuasa dan memiliki peranan penting dalam kehidupan. Sederhananya adalah dalam sebuah rumah tangga. Sehingga para perempuan seolah-olah hanya hidup dalam bayang-bayang mereka.
Terkurung, tidak bebas dan tidak boleh menjadi pemimpin. Namun, benarkah hal ini? Apakah tidak ada kesetaraan gender?
Alasan Kenapa Budaya Patriarki Sulit Dihilangkan
Sebenarnya, laki-laki selalu superior dan harus selalu ada di atas wanita tidak selalu benar. Bagaimanapun memang ada perbedaan gender dan perbedaan kapasitas, tanggung jawab dan kemungkinan yang bisa kita lakukan. Sehingga, sebaiknya budaya ini segera kita tinggalkan agar kedua gender tetap mendapatkan kesempatan yang layak.
Namun karena sudah sangat lama dan menjadi mayoritas keyakinan masyarakat. Maka budaya ini sangat sulit kita tinggalkan karena beberapa alasan seperti:
- Warisan : Seperti yang kita bahas sebelumnya di atas, budaya ini sudah mendarah daging. Karena sebelumnya sudah dari lama orang menganggap jika laki-laki adalah penguasa. Minimal penguasa di rumah. Sehingga orang tua kita dengan didikan serupa juga tanpa sengaja atau memang sengaja mewariskan hal tersebut. Contoh kecil adalah merajakan anak laki-laki dan hanya anak perempuan yang harus bekerja mengurus dan membersihkan rumah. Bukankah sangat jarang kita temukan ada orang tua mengajarkan masalah “rumah” pada anak laki-laki?
- Ego : Begitu juga dengan ego. Ego seorang laki-laki konon akan tercoreng jika disetarakan dengan wanita. Apalagi jika melakukan tugas “harian” yang biasa wanita lakukan.
- Media : Tanpa sadar media baik yang online maupun tidak kebanyakan menampilkan bagaimana superiornya laki-laki ketimbang wanita.
- Tuntutan Masyarakat : Bahkan di dalam bermasyarakat sekalipun laki-laki lebih dianggap dan dihargai daripada wanita. Begitu juga dengan job desk yang biasa kita temukan sehari-hari.
- Agama dan Adat : Patriarki juga semakin sulit kita hentikan karena sebagian besar berpedoman pada agama dan budaya. Hal ini menyatakan jika wanita sebaiknya dirumah dan laki-laki yang berkuasa.
- Status : Kekuatan fisik dan status bahkan sering mendasari budaya ini. Kaum patriarki merasa jika mereka lebih kuat dan wanita lemah sehingga harus mau menjadi inferior atas para lelaki.
Namun, sejatinya setiap orang memiliki tugas dan kemampuan berbeda. Bahkan kekuatan laki-laki dan wanita juga berbeda. Sehingga ada baiknya menghilangkan budaya patriarki yang membuat suatu gender merasa lebih “berkuasa”, bukan?