Sudah pada tau belum tentang istilah Ruwaibidhah? Munculnya kaum ini sudah diperingatkan oleh Nabi Muhammad SAW loh! Bahkan kita harus waspada terhadap bahaya kaum Ruwaibidhah yang muncul pada akhir zaman.
Namun jika kita tidak tau bahkan baru mengenal istilah ini bagaimana bisa waspada dan terhindar dari bahayanya? Untuk itu, simak pembahasan terkait kaum ini di artikel yang mimin tulis kali ini.
Pengertian Kaum Ruwaibidhah
Istilah Ruwaibidhah berasal dari bahasa Arab dan sering digunakan dalam konteks keagamaan Islam untuk menggambarkan orang yang tidak berkompeten, bodoh, atau tidak memiliki pengetahuan yang mendalam dalam suatu bidang tertentu, tetapi tetap berbicara atau mengambil peran dalam masalah-masalah penting yang bukan kapasitasnya. Istilah ini muncul dalam sebuah hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh tipu daya. Saat itu, orang yang jujur dianggap pembohong, dan orang yang berbohong dianggap jujur. Orang yang amanah dianggap khianat, dan orang yang khianat dianggap amanah. Dan saat itu, Ruwaibidhah berbicara.” Lalu beliau ditanya, “Siapakah Ruwaibidhah itu?” Beliau menjawab, “Orang bodoh yang berbicara dalam urusan umum.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Makna dari hadis ini menunjukkan bahwa pada masa tersebut, akan muncul orang-orang yang tidak layak dan tidak memiliki kompetensi, tetapi mereka tetap diberi panggung untuk berbicara dan mempengaruhi masyarakat, terutama dalam urusan penting seperti kepemimpinan, kebijakan publik, atau agama. Orang-orang ini dianggap tidak memiliki pengetahuan yang memadai, tetapi karena situasi dan kondisi, mereka diberi ruang untuk berbicara atau bahkan memimpin, yang bisa berakibat buruk bagi masyarakat.
Secara lebih luas, kaum Ruwaibidhah sering dikaitkan dengan orang yang berbicara dengan lantang di luar kapasitas mereka, beropini dengan sedikit atau tanpa dasar pengetahuan yang benar, terutama dalam urusan sosial, politik, atau agama, sehingga dapat menimbulkan kekacauan atau kebingungan di tengah masyarakat.
Dengan demikian, Ruwaibidhah dalam konteks ini bukan sekadar orang bodoh, tetapi orang bodoh yang berani berbicara atau mengambil keputusan dalam urusan yang besar, sehingga istilah ini sering kali digunakan sebagai peringatan untuk berhati-hati terhadap pemimpin atau tokoh yang tidak berkompeten.
Apa Saja Bahaya Kaum Ruwaibidhah?
Kaum ini merupakan fenomena yang mengkhawatirkan dalam kehidupan sosial, politik, dan agama. Bahayanya tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada tatanan masyarakat secara luas. Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai bahaya kaum Ruwaibidhah:
1. Merusak Tatanan Sosial
Kaum ini sering kali diberi posisi atau panggung untuk berbicara dan mempengaruhi masyarakat, meskipun mereka tidak memiliki kompetensi, pengetahuan, atau pengalaman yang memadai. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan dalam tatanan sosial karena keputusan atau opini yang mereka keluarkan sering kali tidak berdasarkan fakta atau pengetahuan yang benar. Akibatnya, muncul kebingungan di tengah masyarakat, dan tatanan sosial yang seharusnya berjalan dengan baik menjadi kacau.
2. Menyebarkan Informasi yang Salah
Ketika orang yang tidak memiliki keahlian berbicara tentang hal-hal yang penting, seperti agama, politik, atau masalah-masalah sosial, mereka cenderung menyebarkan informasi yang salah atau keliru. Informasi ini dapat merusak pemahaman masyarakat terhadap suatu isu, memperkeruh suasana, atau bahkan memprovokasi konflik di antara kelompok masyarakat yang berbeda.
3. Menurunkan Kualitas Kepemimpinan
Dalam konteks politik, ketika kaum ini naik ke posisi kepemimpinan, kualitas kepemimpinan dalam suatu negara atau organisasi menjadi sangat rendah. Mereka mungkin tidak mampu membuat kebijakan yang baik, karena tidak memiliki pengetahuan yang memadai atau pengalaman yang relevan. Keputusan yang salah atau tidak tepat dari seorang pemimpin *Ruwaibidhah* dapat membawa dampak buruk bagi masyarakat luas, baik dalam hal ekonomi, sosial, maupun keamanan.
4. Menghancurkan Amanah
Salah satu ciri Ruwaibidhah adalah orang-orang yang tidak jujur atau tidak amanah. Dalam sebuah hadis yang menjelaskan fenomena ini, disebutkan bahwa di masa tersebut, orang yang amanah dianggap khianat, sementara orang yang khianat dianggap amanah.
5. Membuat Keputusan yang Berbahaya
Orang yang tidak kompeten sering kali membuat keputusan tanpa memahami sepenuhnya konsekuensi dari tindakan mereka. Kaum ini yang terlibat dalam pengambilan keputusan di bidang politik, ekonomi, atau agama bisa menghasilkan keputusan yang justru membahayakan masyarakat. Misalnya, kebijakan ekonomi yang salah dapat menyebabkan krisis ekonomi, atau interpretasi agama yang keliru dapat memicu ekstremisme atau perpecahan di antara umat.
6. Memperkuat Kebodohan dan Kebingungan di Masyarakat
Ketika orang yang tidak kompeten mendapat panggung untuk berbicara, hal ini justru memperkuat kebodohan di masyarakat. Mereka akan mengikuti orang yang dianggap “berani” atau “terlihat meyakinkan,” padahal apa yang disampaikan bisa jadi tidak benar atau tidak relevan. Ini akan memperkuat kebodohan dan kebingungan di masyarakat, sehingga sulit untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
7. Melemahkan Moral dan Etika Masyarakat
Kaum ini juga cenderung tidak memiliki moral dan etika yang kuat. Ketika orang-orang seperti ini berbicara di ruang publik, mereka mungkin menyebarkan pandangan yang bertentangan dengan nilai-nilai moral dan etika yang ada. Hal ini dapat menyebabkan degradasi moral di tengah masyarakat, di mana perilaku buruk menjadi sesuatu yang biasa atau diterima.
8. Menghancurkan Kepercayaan terhadap Institusi
Ketika kaum ini menduduki posisi penting dalam institusi politik, ekonomi, atau agama, kinerja institusi tersebut akan menurun. Masyarakat akan kehilangan kepercayaan terhadap institusi-institusi yang seharusnya menjadi pondasi dalam menjalankan kehidupan bernegara atau beragama. Hal ini bisa memicu ketidakstabilan politik atau ketidakpercayaan terhadap sistem yang ada.
9. Memicu Perpecahan dalam Masyarakat
Karena kaum ini sering berbicara tanpa pengetahuan yang cukup, mereka cenderung memicu perselisihan dan perpecahan. Opini-opini yang mereka lontarkan mungkin akan memprovokasi perdebatan yang tidak sehat, sehingga memperdalam perpecahan antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda. Ini bisa memperburuk polarisasi di tengah masyarakat.
10. Mengabaikan Nasihat dari Orang yang Lebih Kompeten
Salah satu ciri kaum ini adalah mereka tidak mau mendengarkan nasihat dari orang yang lebih berpengetahuan atau lebih ahli dalam suatu bidang. Mereka mungkin merasa percaya diri dengan pengetahuan yang dangkal, sehingga mengabaikan pendapat dari para ahli. Hal ini membuat mereka sulit untuk belajar dan memperbaiki diri, serta terus melakukan kesalahan yang sama.
Bahaya kaum ini sangat nyata dan serius, terutama dalam masyarakat yang tengah menghadapi krisis atau berada di bawah tekanan. Fenomena ini menunjukkan bahwa ketika orang yang tidak berkompeten, tidak berpengetahuan, atau tidak memiliki moralitas yang baik diberi posisi penting atau diberi ruang untuk mempengaruhi masyarakat, dampaknya bisa sangat merusak.