Ada banyak anggapan yang menyatakan jika lamgsung minum setelah makan adalah hal berbahaya bagi kesehatan. Namun, benarkah anggapan tersebut? Sebab ada banyak konten atau narasi yang tidak sepenuhnya benar beredar saat ini. Kemudahan mengakses berbagai macam informasi terkadang tidak ikut serta dengan apakah benar atau hanya sebuah anggapan alias mitos semata. Untuk itu, mari kita ulas terkait boleh atau tidak langsung minum setelah makan.

Mitos dan Fakta Langsung Minum Setelah Makan

Di Indonesia banyak orang percaya minum air saat makan dapat merusak pencernaan. Orang tua atau tetua kerap menasihati untuk menunda hingga makan selesai. Mereka khawatir air akan “mengencerkan” enzim dan asam lambung, membuat perut kembung, atau bahkan membuat badan jadi gemuk. Bahkan beberapa artikel lama mewanti-wanti bahwa minum di tengah makan bisa mempersulit proses cerna.

Menurut kepercayaan populer, kebiasaan ini dapat memicu asam lambung naik dan perut terasa “seret”. Cerita turun-temurun menyebut kalau kebiasaan ini bisa membuat makanan tak tercerna sempurna dan menimbulkan penyakit lambung. Misalnya, seorang ahli mikrobio mengutip nasihat agar jangan minum di sela makan karena air dianggap menghambat kerja asam lambung. Beberapa orang juga beranggapan bahwa air minum akan melarutkan nutrisi dalam makanan, sehingga tidak terserap maksimal. Namun, semua anggapan ini lebih bersifat mitos budaya daripada fakta ilmiah.

Bagaiman Pandangan Medis?

Secara medis, kebiasaan ini tidak berbahaya. Para ahli pencernaan justru mengatakan air membantu proses cerna. Air yang Anda minum cepat diserap (sekitar 10–20 menit) dan tidak menumpuk di lambung seperti dikhawatirkan. Sebaliknya, air dapat melunakkan makanan, mempermudah menelan, dan menjaga hidrasi sehingga enzim pencernaan bekerja optimal. Mayo Clinic, misalnya, menjelaskan bahwa air justru membantu melarutkan makanan agar nutrisi dapat diserap tubuh. Begitu pula situs kesehatan Alodokter menegaskan bahwa anggapan bahaya minum setelah makan hanyalah mitos; faktanya, air membantu memecah makanan dan melancarkan pencernaan.

Beberapa penelitian menunjukkan minum saat makan tidak memperlambat pencernaan. Contohnya, studi tahun 2017 menggunakan pemindaian MRI menemukan bahwa air minum cepat keluar dari lambung (gastric emptying) tanpa mengganggu proses penyerapan nutrisi. Dalam penelitian tersebut, air yang diminum terpisah dari makanan meninggalkan lambung lebih cepat, sementara makanan yang kaya nutrisi tetap diproses normal. Jadi, tidak ada penumpukan cairan “menyegarkan” lambung seperti anggapan lama. Tubuh hanya menyesuaikan keasaman lambung saat diperlukan.

Namun, perlu anda ketahui bagi mereka yang mempunyai masalah asam lambung (GERD). Maka minum terlalu banyak sekaligus saat perut sudah penuh memang bisa menambah tekanan lambung. Alodokter menyarankan, jika merasa begah atau mual setelah makan, beri jeda 15–30 menit sebelum minum lagi. Pada dasarnya, bila tidak ada keluhan kesehatan khusus, Anda boleh minum air hangat atau suhu ruang saat makan untuk kenyamanan.

Jadi, Boleh Tidak Minum Air Setelah Makan?

Secara umum, kebiasaan ini itu aman dan bahkan bisa bermanfaat untuk memperlancar pencernaan. Kepercayaan lama yang melarangnya bukan melalui dukungan bukti ilmiah. Dengan catatan minum wajar (tidak berlebihan) dan tidak anda gunakan untuk memaksakan kenyang, Anda tak perlu takut menyesap segelas air saat makan. Justru, cukuplah kebutuhan cairan harian sekitar 8 gelas, termasuk air saat makan, agar pencernaan dan metabolisme tubuh tetap berjalan baik.

Berbagai sumber medis dan penelitian terkini menyatakan mitos ini tidak beralasan secara ilmiah. Misalnya, Alodokter dan Mayo Clinic menegaskan air membantu cerna, sementara penelitian MRI menunjukkan air tidak menghambat pengosongan lambung.

PREVIOUS POST
You May Also Like

Leave Your Comment: