Bagikan ke Teman

Semenjak akhir tahun lalu hingga pertengahan tahun ini, kasus terkait bahaya leptospirosis semakin meningkat. Belakangan ada berita terkait petugas kebersihan alami gagal ginjal setelah membersihkan selokan tanpa APD dan terjangkit penyakit ini. Kasus ini tentu saja membuat kita semakin waspada. Bahkan, banyaknya pasien yang terancam kesehatan setelah diketahui terkena penyakit ini membuat banyak warga cemas. Sebenarnya ini bukanlah virus atau epidemi baru. Namun mungkin masih banyak yang belum mengenal dan mengerti akan bahayanya. Untuk itu, mari kita bahas lebih dalam tentang bahaya dan bagaimana cara mencegahnya. Apalagi ketika musim hujan tiba, ancaman penyakit ini semakin terasa.

Pengertian dan Bahaya Leptospirosis

Banyak yang bertanya tentang apa saja bahaya Leptospirosis? Mari kita mulai dengan mengenal apa sih penyakit ini. Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut akibat bakteri Leptospira. Bakteri ini hidup di air atau tanah yang terkontaminasi urine hewan. Manusia bisa tertular saat kulit terluka menyentuh air atau lumpur tercemar.

Sebahaya Apa Leptospirosis?
Penyakit ini bisa tergolong ringan hingga berat. Kasus berat dapat menyebabkan gagal ginjal, gagal hati, dan perdarahan paru. Penyakit ini dapat berakibat fatal jika tidak ditangani cepat. Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan leptospirosis sebagai penyakit mematikan di daerah tropis.

Apa Saja Tanda dan Gejalanya?

Jika terkena penyakit ini, beberapa gejala yang terjadi seperti:

  • Penderita sering demam tinggi secara tiba-tiba. 
  • Gejala lain meliputi sakit kepala, nyeri otot, dan menggigil.
  • Mata tampak merah karena pembuluh darah pecah.
  • Mual, muntah, dan diare bisa menyertai infeksi.
  • Dalam kasus berat, penderita bisa mengalami kulit dan mata menguning.
  • Beberapa kasus menunjukkan perdarahan dari hidung atau saluran cerna.

Semua orang bisa terkena leptospirosis. Pekerja lapangan seperti petani, petugas kebersihan, dan nelayan berisiko tinggi. Warga yang tinggal di daerah banjir sangat rentan terinfeksi. Anak-anak juga bisa tertular saat bermain di genangan tercemar. Hewan peliharaan juga bisa menjadi sumber penularan ke manusia.

Kapan Penyebaran Bisa Terjadi?
Penyebaran leptospirosis sering terjadi saat musim hujan. Air hujan mencemari lingkungan dengan urine hewan pembawa bakteri. Banjir mempercepat penyebaran karena air bercampur lumpur dan kotoran. Manusia bisa terinfeksi saat kulit terbuka menyentuh air tercemar. Penyakit juga menyebar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Pekerja lapangan dan warga di pemukiman banjir sangat berisiko tertular.

Apakah Ada Pencegahan?
Pencegahan leptospirosis dapat dilakukan secara efektif. Masyarakat bisa menggunakan sepatu bot saat beraktivitas di genangan air. Menjaga kebersihan lingkungan dapat mengusir tikus pembawa bakteri. Makanan dan minuman perlu dijaga dari kontaminasi hewan. Vaksinasi tersedia untuk hewan, terutama anjing dan ternak.
Petugas kebersihan disarankan memakai alat pelindung diri. Pemerintah bisa mengendalikan tikus sebagai upaya pencegahan massal. Berikut beberapa bukti terkait pencegahan kasus ini:

  • Penelitian Bharti et al., 2003 menunjukkan kebersihan lingkungan menurunkan kasus leptospirosis secara signifikan.
  • Studi Ko et al., 2009 membuktikan kontrol populasi tikus efektif menekan penyebaran bakteri Leptospira. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan penggunaan pelindung saat kontak dengan air banjir.
  • Penelitian di Thailand (Pinyopornpanish et al., 2019) menunjukkan vaksinasi hewan menurunkan risiko penularan ke manusia.

Jadi usahakan jaga kebersihan, gunakan peralatan jika harus berhubungan dengan air kotor apalagi selokan dan jaga kesehatan saat musim hujan, ya!

PREVIOUS POST
You May Also Like

Leave Your Comment: