
Banyak orang dewasa saat ini menghabiskan sebagian besar waktunya duduk atau sedikit bergerak. Sering duduk atau kurang gerak sudah menjadi gaya hidup saat ini, nemun benarkah anggapan kurang gerak sebabkan hipertensi? Gaya hidup sedentari (kurang gerak) menjadi masalah kesehatan karena meningkatkan risiko berbagai penyakit tidak menular. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa aktivitas fisik teratur dapat menurunkan risiko munculnya hipertensi pada orang dewasa. Negara Indonesia, Kemenkes melaporkan bahwa proporsi penderita hipertensi usia 18–59 tahun yang beraktivitas fisik rendah hampir 2 kali lebih tinggi daripada yang aktif. Dengan kata lain, kurang bergerak disebut sebagai salah satu faktor risiko penting untuk tekanan darah tinggi. Puskesmas setempat bahkan menjelaskan bahwa pola hidup tidak sehat seperti merokok, makan terlalu banyak garam atau gula, serta kurang gerak “dapat menyebabkan hipertensi”.
Apakah Benar Kurang Gerak Sebabkan Hipertensi?
Kurang gerak sendiri belum tentu langsung “menyebabkan” hipertensi, tetapi meningkatkan risiko terjadinya. Beberapa penelitian di Indonesia menemukan hubungan kuat antara gaya hidup sedentari dan hipertensi. Misalnya, studi di Surabaya melaporkan bahwa pekerja dengan gaya hidup sedentari memiliki hubungan cukup kuat dengan kejadian penyakit ini. Penelitian lain Nusa Cendana (NTT) pada remaja obesitas menemukan bahwa mereka yang duduk lebih dari 6 jam sehari memiliki risiko sekitar 2,3 kali lebih tinggi mengalami hipertensi obesitas ketimbang remaja aktif. Temuan-temuan ini menegaskan bahwa orang yang jarang bergerak cenderung lebih mudah mengalami kenaikan tekanan darah daripada yang rutin berolahraga.
Mekanisme Kurang Gerak Bisa Picu Hipertensi
Kurang gerak memicu hipertensi melalui beberapa mekanisme tubuh. Pertama, berat badan akan mudah bertambah jika kalori tidak terbakar dengan cukup. Sedentari mengganggu metabolisme sehingga tubuh kesulitan memecah lemak dan gula, lalu lemak menumpuk. Kelebihan berat badan (obesitas) menambah beban kerja jantung dan membuat pembuluh darah menjadi kaku atau menyempit. Akibatnya, tekanan darah meningkat.
Kedua, gerakan otot yang berkurang membuat sirkulasi darah tidak optimal. Darah bisa mengalir lebih lambat dan pembuluh kurang terlatih, sehingga pembuluh darah rentan kaku. Ketiga, pola hidup malas bergerak sering berhubungan dengan faktor lain. Misalnya pola tidur buruk atau stres, yang juga memengaruhi tekanan darah. Semua kondisi ini membuat metabolisme terganggu, obesitas, dan sirkulasi buruk. Hal inu saling bersinergi meningkatkan risiko tekanan darah naik. Singkatnya, jika kita banyak duduk, risiko hipertensi naik karena tubuh lebih sulit mengatur gula dan lemak darah, berat naik, dan jantung harus bekerja lebih keras.
Pencegahannya Bagaimana?
Bagaimana mencegah hipertensi akibat kurang gerak? Kuncinya adalah aktif bergerak rutin. Berolahraga minimal 30 menit sehari (misalnya jalan cepat, lari kecil, bersepeda, atau senam ringan) secara signifikan dapat menurunkan tekanan darah dan mencegah penyakit kardiovaskular. Aktivitas fisik 30 menit per hari dapat menurunkan gula darah, mengendalikan tekanan darah, dan memperbaiki kadar kolesterol. WHO dan Kemenkes pun merekomendasikan total sekitar 150 menit aktivitas moderat setiap minggu.
Selain itu, pola makan sehat juga penting. Seperti kurangi garam dan gula, perbanyak sayur-buahan. Serta hindari merokok atau stres berlebihan. Kegiatan sederhana seperti berdiri dan jalan-jalan singkat setiap jam kerja, melakukan pekerjaan rumah, atau senam ringan saat istirahat akan sangat membantu. Melalui gaya hidup aktif dan sehat ini, kita menurunkan risiko penyakit ini.
Data dan penelitian terbaru menunjukkan jelas hubungan antara gaya hidup sedentari dan hipertensi. Sebagai contoh, studi Promosi Kesehatan Indonesia (2022) menemukan bahwa gaya hidup kurang aktif berkorelasi kuat dengan kejadian hipertensi. Pandangan medis modern menekankan bahwa meski faktor keturunan dan usia juga berperan. Banyak kasus hipertensi dapat dicegah dengan meningkatkan aktivitas fisik dan menerapkan pola hidup sehat.
Leave Your Comment:
Anda harus masuk untuk berkomentar.