
Bagi anda yang kerap menggunakan media sosial pasti sudah tidak asing dengan hasil editan menggunakan AI kan? Ada banyak tools yang bisa kita gunakan seperti yang marak saat ini Chat GPT dan Gemini. Hanya dengan berbagai contoh prompt maka hasil editan terlihat jauh lebih nyata. Hanya saja, apakah anda tidak tahu apa dampak negatif editan foto AI ini?
Apakah Ada Dampak Negatif Editan Foto AI?
Teknologi AI memudahkan siapa saja mengedit foto dan video. Hasilnya bisa sangat realistis. Namun, penelitian ilmiah menemukan bahwa penggunaan berlebihan punya dampak buruk bagi individu maupun masyarakat, seperti:
- Gangguan Psikologis : Riset menunjukkan bahwa melihat atau membuat foto yang terlalu banyak edit dengan AI dapat menurunkan kepuasan diri. Banyak orang membandingkan wajah atau tubuhnya dengan hasil editan yang tidak realistis. Akibatnya, rasa percaya diri menurun dan risiko gangguan citra tubuh meningkat.
- Kesehatan Mental : Studi tahun 2022–2024 menemukan hubungan kuat antara penggunaan filter AI di media sosial dengan meningkatnya kecemasan dan depresi, khususnya pada remaja dan perempuan muda. Editan yang “sempurna” menciptakan standar kecantikan palsu.
- Gangguan Kepercayaan Publik : Peneliti media menyebut fenomena “erosion of trust”. Jika orang sering terpapar konten AI, mereka makin sulit membedakan mana nyata dan mana editan. Hal ini menurunkan kepercayaan terhadap media, institusi, bahkan interaksi pribadi.
Data Riset Terkini Mengenai Dampak Editan AI
Menggunakan editan AI tidak selalu buruk bila sekadar untuk seni atau hiburan. Namun, riset jelas menunjukkan bahwa penggunaan berlebihan bisa mengganggu kesehatan mental, merusak citra diri, dan menimbulkan risiko sosial. Jika anda kurang percaya, berikut data riset yang sudah ada oleh para ahli:
- Efek terhadap ketidakpuasan pada wajah. Sebuah studi di BMC Psychology (2023) meneliti hubungan antara perilaku mengedit foto dengan persepsi diri.
- Filter kecantikan memperburuk citra diri lewat perbandingan. Penelitian eksperimental menunjukkan bahwa menggunakan filter wajah (misalnya menyusutkan muka secara virtual) dapat memburuk citra diri.
- Hubungan antara penggunaan filter TikTok dan kepuasan citra. Studi dari ResearchGate menemukan korelasi antara durasi penggunaan TikTok, penggunaan filter kecantikan, dan ketidakpuasan terhadap citra diri.
- Deepfake merusak kepercayaan media dan psikologi publik. Teknologi deepfake (video/gambar hasil AI yang sangat realistis) telah ditemukan dapat mengikis kepercayaan publik terhadap media digital. Studi menunjukkan bahwa deepfake membuat batas antara kenyataan dan manipulasi makin kabur. Sehingga orang meragukan apa yang mereka lihat atau dengar.
- Deepfake dan respons emosional terhadap ekspresi. Penelitian di Scientific Reports (2023) menemukan bahwa senyuman yang diyakini sebagai deepfake. Menghasilkan respons emosional yang lebih “lemah” dibandingkan ekspresi nyata.
- Performa manusia dalam mendeteksi deepfake rendah. Sebuah tinjauan sistematik tentang kemampuan manusia dalam mendeteksi deepfake menunjukkan bahwa banyak orang kesulitan membedakan mana konten yang asli dan mana yang telah diedit dengan AI. Ini memperkuat risiko penyebaran narasi palsu atau manipulatif.
Dengan data ini, dampak buruk editan AI menjadi lebih nyata.
Leave Your Comment:
Anda harus masuk untuk berkomentar.