Lebaran nu muhammadiyah
Bagikan ke Teman

Pernah nggak sih kamu ngalamin momen di mana ada yang udah takbiran, sementara kamu masih harus nunggu sehari lagi buat Lebaran? Atau lihat di berita Muhammadiyah udah menetapkan Lebaran, tapi NU dan pemerintah masih nunggu sidang isbat? Nah, kalau kamu penasaran kenapa Muhammadiyah dan NU sering lebaran dengan tanggal yang berbeda? Simak penjelasan lengkapnya dalam artikel “Muhammadiyah vs NU, Kok Lebaran Bisa Beda?”

Beda Cara, Beda Hasil

Jadi gini, dalam Islam, awal bulan hijriyah termasuk Syawal yang jadi penanda Lebaran ini di tentukan dari munculnya hilal alias bulan sabit pertama setelah bulan baru. Nah, cara menetapkan hilal ini yang bikin Muhammadiyah dan NU sering beda tanggal.

Muhammadiyah Pakai Hisab

Muhammadiyah pakai metode hisab, yaitu perhitungan astronomi buat menentukan posisi bulan. Jadi, mereka bisa tahu jauh jauh hari kapan Lebaran tanpa harus lihat langsung ke langit.

Kalau secara hitungan astronomi bulan udah ada di posisi yang memenuhi syarat, ya udah, Lebaran di tetapkan. Nggak perlu nunggu konfirmasi lewat pengamatan langsung.

NU Pakai Rukyat


NU lebih mengandalkan rukyat, yaitu pengamatan langsung ke langit buat melihat hilal. Jadi, meskipun secara hitungan bulan harusnya udah muncul, kalau nggak ada yang berhasil melihatnya, maka puasanya di tambah sehari alias istikmal.
Nah, Ini alasan kenapa NU sering kali Lebaran sehari lebih lambat di banding Muhammadiyah.

Kok Bisa Berbeda Terus?

Selain soal metode hisab dan rukyat, ada beberapa faktor lain yang bikin perbedaan ini terus terjadi.
Kriteria MABIMS
Indonesia mengikuti standar Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), yang menetapkan tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat supaya bisa dianggap terlihat. Kalau belum memenuhi syarat ini, pemerintah biasanya pakai istikmal seperti NU.
Kebijakan Pemerintah
Pemerintah Indonesia menentukan hari Lebaran lewat sidang isbat, yang melibatkan berbagai organisasi Islam. Tapi Muhammadiyah sering kali udah lebih dulu mengumumkan Lebaran berdasarkan hisab mereka sendiri.
Faktor Geografis
Letak geografis juga berpengaruh, lho. Kadang hilal bisa terlihat di satu daerah tapi nggak di daerah lain. Makanya, ada situasi di mana Muhammadiyah dan NU tetap berpegang pada metode masing masing.

Jadi Harus Ikut Siapa?

Sekarang pertanyaannya, kalau Lebaran beda beda, kita harus ikut siapa? Bagaimana menyikapi dan memutuskan?

Pahami Dulu Ilmunya
Sebelum ikut ikutan debat di media sosial, coba deh pelajari dulu alasan di balik perbedaan ini. Muhammadiyah dan NU punya dasar masing masing, dan keduanya sama sama punya landasan kuat dalam Islam.

Ikuti Tradisi Keluarga
Kalau keluarga atau lingkunganmu terbiasa mengikuti salah satu metode, nggak ada salahnya ikut mereka. Yang penting kebersamaan dan silaturahminya tetap terjaga.

Jangan Sampai Ribut

Ini nih yang sering kejadian. Gara gara beda sehari, malah jadi bahan perdebatan di grup WhatsApp keluarga. Padahal, mau Lebaran duluan atau belakangan, esensinya tetap sama: merayakan kemenangan setelah sebulan berpuasa.

Fokus ke Makna Lebaran

Daripada sibuk ngebahas siapa yang lebih benar, lebih baik fokus ke momen Lebaran itu sendiri. Ini saatnya saling memaafkan, kumpul sama keluarga, dan berbagi kebahagiaan.

Perbedaan tanggal Lebaran antara Muhammadiyah dan NU terjadi karena perbedaan cara menentukan hilal. Muhammadiyah pakai hisab, sementara NU mengandalkan rukyat. Ditambah lagi faktor standar MABIMS, kebijakan pemerintah, dan kondisi geografis, makin besar kemungkinan Lebaran nggak seragam.

Tapi dari pada sibuk memperdebatkan perbedaan ini, lebih baik kita saling menghormati. Mau Lebaran lebih dulu atau belakangan, yang penting tetap menjaga kebersamaan dan silaturahmi. Karena yang paling utama dari Lebaran bukan soal tanggalnya, tapi maknanya.
Oke demikian pembahasan artikel kali ini “Muhammadiyah vs NU, Kok Lebaran Bisa Beda?” Semoga bermanfaat untuk kamu ya! Tentunya dalam menyikapi perbedaan.

PREVIOUS POST
You May Also Like

Leave Your Comment: