Kehamilan adalah hal yang menyenangkan bagi pasangan suami istri. Tapi bagaimana dengan jenis kelamin bayi yang sedang ada dalam kandungan? Jika perempuan lagi, atau laki-laki lagi pasti ibu yang menuai hujatan, kan? Padahal, penentu jenis kelamin bayi ada pada ayah loh! Jadi jika jenis kelamin anak yang lahir selalu sama, bukan ibu yang harus menuai cacian. Agar tidak salah kaprah lagi mari kita pelajari mekanisme penentu laki-laki atau perempuan berikut ini yuk!

Penentu Jenis Kelamin Bayi : Fakta Ilmiah dan Pandangan Budaya

Kesalahan yang ibu terima tidak hanya masalah apa jenis kelamin sang anak saja. Bahkan jika ada kemandulan, pasti pihak wanita yang sering mendapatkan cacian. Padahal, tidak hanya wanita yang bisa mandul, laki-laki juga! Begitu juga dengan stigma anak yang sama lagi dan lagi ini.

Secara ilmiah, jenis kelamin bayi ditentukan oleh kromosom seks yang dibawa oleh sel sperma ayah. Ibu selalu menyumbang kromosom X (karena sel telurnya hanya mengandung X).  Sedangkan ayah dapat menyumbang X atau Y. Jika sperma ayah membawa kromosom X, gabungan XX menghasilkan bayi perempuan. Namun sperma membawa Y, gabungan XY menghasilkan bayi laki-laki. Dengan demikian secara alami peluang bayi laki-laki atau perempuan hampir 50:50. 

Penelitian terbaru bahkan menemukan bahwa faktor lain seperti usia ibu dan gen tertentu bisa sedikit menggeser peluang itu. Misalnya, ibu yang mulai punya anak lebih tua atau dengan riwayat keluarga tertentu cenderung memiliki kecenderungan anak dengan jenis kelamin sama secara berulang.

Stigma Budaya dan Ibu yang Disalahkan

Pada banyak budaya patriarki, kelahiran anak laki-laki sangat diutamakan. Sehingga ibulah yang sering disalahkan jika lahir anak perempuan yang “tidak sesuai harapan” keluarga. Padahal ilmu pengetahuan menegaskan bahwa justru ayah yang menentukan jenis kelamin bayi melalui kromosom dalam spermanya. Mitos atau kepercayaan keliru ini dapat membuat ibu menghadapi tekanan sosial berlebihan. Seperti digambarkan media, “tekanan kuat untuk mendapatkan anak tertentu sering menimbulkan kesalahan pada perempuan”. Sebenarnya, kelahiran perempuan atau laki-laki sama bernilainya, dan menyalahkan ibu atas jenis kelamin anak adalah pemahaman yang salah menurut sains.

Temuan Medis dan Penelitian Terkini

Penelitian ilmiah terbaru menunjukkan bahwa meski mekanisme dasar penentuan jenis kelamin sederhana, ternyata ada beberapa faktor minor yang mempengaruhi perbandingan itu. Studi Science Advances (2025) dari Harvard menemukan bahwa usia ibu dan genetik keluarga sedikit berpengaruh terhadap kecenderungan kelahiran anak tertentu. Sebagai contoh, jika seorang ibu sudah memiliki beberapa anak perempuan berturut-turut, probabilitas anak berikutnya cenderung sedikit lebih banyak perempuan daripada laki-laki.

Penelitian lain (PNAS 2019) juga mencatat bahwa perempuan dengan riwayat stres fisik/psikis lebih berpeluang melahirkan anak perempuan. Namun perlu kita ingat, pengaruh faktor-faktor ini sangat kecil. Secara global proporsi bayi laki-laki dan perempuan tetap hampir seimbang. Kesimpulannya, penentu utama jenis kelamin bayi tetaplah kromosom ayah, dan kepercayaan atau mitos budaya tidak ada dukungan dari ilmu pengetahuan modern.

Jadi, jika anak yang lahir laki-laki semua atau perempuan semua sudah tahu siapa yang salah bukan? Jangan sampai salah kaprah lagi, ya!

PREVIOUS POST
You May Also Like

Leave Your Comment: