Selain susu sapi, sebenarnya masih banyak susu jenis lainnya yang biasa kita konsumsi saat ini. Salah satunya adalah susu soya. Ada beberapa resiko atau bahaya susu soya yang juga harus kita ketahui seperti yang akan kita bahas kali ini.

Apa Saja Bahaya Susu Soya?

Susu nabati lain seperti almond, mete, oat, dan kacang-kacangan lain kini semakin populer. Produk ini dipilih sebagai alternatif pengganti susu sapi, baik oleh vegan, penderita intoleransi laktosa, maupun orang yang ingin menurunkan kolesterol. Walaupun tergolong menyehatkan, konsumsi susu soya dan susu nabati lain tetap memiliki beberapa potensi risiko:

  • Alergi: Susu nabati dapat memicu alergi pada individu sensitif. Kedelai adalah alergen umum (sekitar 0,3–0,7% populasi memiliki alergi kedelai) dan demikian pula kacang pohon seperti almond atau mete. Orang yang alergi protein susu sapi terkadang juga alergi kedelai (terutama pada bayi). Sehingga susu soya tidak direkomendasikan untuk bayi alergi susu sapi di bawah 3 tahun.
  • Gangguan Hormon (Mitos Estrogen): Ada kekhawatiran bahwa isoflavon dalam kedelai dapat mengganggu hormon. Misalnya menyebabkan efek estrogenik (feminin) atau gangguan tiroid. Namun, penelitian kesehatan terbaru tidak mendukung kekhawatiran ini. 
  • Gangguan Pencernaan: Dari sisi pencernaan, susu nabati bebas laktosa sehingga lebih ramah bagi penderita intoleransi laktosa. Ini keuntungan besar karena lebih dari separuh populasi dunia mengalami kesulitan mencerna laktosa pada susu sapi. Susu kedelai dan nabati umumnya mudah kita cerna. Tetapi beberapa orang mungkin mengalami kembung atau gas saat pertama kali mengkonsumsi dalam jumlah banyak, terutama dengan susu kedelai. Hal ini karena kedelai mengandung oligosakarida yang dapat memfermentasi di usus, meski biasanya efeknya ringan. 
  • Kekurangan Nutrisi Tertentu: Risiko lain adalah kekurangan zat gizi apabila susu nabati sepenuhnya menggantikan susu sapi tanpa kita imbangi pola makan seimbang. Misalnya, susu nabati tanpa fortifikasi mengandung kalsium, vitamin B12, dan iodin jauh lebih rendah daripada susu sapi. 

Apakah Jenis Susu Ini Direkomendasikan?

Penelitian kesehatan dalam 3–5 tahun terakhir umumnya mendukung konsumsi susu nabati sebagai bagian dari pola makan seimbang, dengan beberapa catatan penting. Para ahli sepakat bahwa susu kedelai merupakan pengganti susu sapi yang paling baik dari segi gizi. Susu soya menyediakan protein lengkap dan nutrisi yang paling mirip, apalagi bila difortifikasi. Laporan tahun 2018 di jurnal Journal of Food Science and Technology menegaskan susu kedelai adalah alternatif gizi terbaik untuk menggantikan susu sapi dalam diet manusia. 

Penelitian juga menekankan bahwa susu nabati tidak boleh kita anggap pengganti identik 1:1 dengan susu sapi dalam hal gizi. Orang yang beralih sepenuhnya ke susu nabati harus memastikan asupan protein, kalsium, vitamin B12, dan zat gizi lain dari sumber makanan lain jika susu nabati yang mereka konsumsi rendah nutrisi tersebut. Hal ini terutama krusial untuk bayi, anak-anak, ibu hamil, atau orang dengan kebutuhan gizi khusus.

Kabar baiknya, riset terbaru tidak menemukan efek buruk jangka panjang dari konsumsi susu nabati. Seperti telah dibahas, mitos mengenai gangguan hormon akibat susu kedelai telah disangkal oleh banyak studi baru. Demikian pula, kekhawatiran bahwa menghindari susu sapi akan melemahkan tulang tidak terbukti asalkan nutrisi kalsium dan vitamin D terpenuhi dari susu nabati yang difortifikasi atau sumber lain. Bahkan, beberapa studi observasional menunjukkan pola makan nabati (termasuk menggunakan susu nabati) dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit kronis tertentu seperti penyakit jantung. Secara keseluruhan, susu soya dan susu nabati lain dapat direkomendasikan sebagai alternatif sehat untuk susu sapi bagi banyak orang.

PREVIOUS POST
You May Also Like

Leave Your Comment: