Juli 24, 2024
Home » Mengenal Kartu Persediaan Barang, Metode Perhitungan dan Pencatatannya Pada Bagian Gudang

Pencatatan Persediaan memang sangat diperlukan dalam proses sistem usaha. Kita dapat mengetahui jumlah barang yang tersedia dan harganya dilihat dari adanya kartu persediaan. Sehingga dapat memutuskan pembelian kembali saat persediaan mulai mendekati angka minimum.
Kartu persediaan barang atau dikenal denganStock Card, adalah ringkasan pergerakan persediaan dan sisa saldo. Laporan ini berisi informasi dari pergerakan yang mencakup saldo awal, penerimaan stok, penerbitan stok, dan kuantitas akhir. Sangat penting bagi gudang untuk mengetahui sisa stok hanya dengan melihat laporan ini.

Karena kartu persediaan barang dibuat untuk setiap item persediaan, penanggung jawab stok sangat mengetahui posisi stok. Pada setiap kartu stok, dia dapat menulis stok minimum dan level stok maksimum sehingga jika, setiap item dari persediaan menyentuh level minimum, dia dapat membuat daftar permintaan pembelian untuk persediaan baru dari stok tersebut.

Fungsi Kartu Persediaan Barang


Fungsinya tetap sama yakni untuk mencatat mutasi persediaan barang. Namun, Lebih detail lagi fungsi dari kartu barang adalah sebagai berikut:

  1. Memberikan informasi persediaan barang meliputi jumlah dan berapa nilai dari per barang
  2. Mengontrol persediaan, penerimaan, dan pemakaian barang.
  3. Memberikan data persediaan barang, untuk kepentingan perhitungan dan analisis

Metode Pencatatan dan Perhitungan Persediaan

Beberapa metode perhitungan atau pencatatan persediaan stok barang yang populer digunakan adalah metode FIFO (First in First Out), LIFO (Last In First Out), dan Average
persediaan barang bisa dihitung dalam beberapa metode, dimana metode ini bisa disesuaikan dengan jenis perusahaan dan juga kepentingan perusahaan.
Terdapat dua sistem pencatatan akuntansi persediaan yaitu sistem perpetual dan sistem periodik (fisik). Penentuan kedua sistem pencatatan tersebut tergantung pada kebijakan yang diambil oleh perusahaan.

Dalam praktiknya, banyak perusahaan yang membuat asumsi tentang mekanisme cost persediaan masuk ke dalam dan keluar perusahaan. Asumsi aliran cost persediaan tentunya harus sesuai dengan standar dan Prinsip Akuntansi yang Berterima Umum (PABU).

1. Metode Persediaan First In First Out (FIFO)


Apabila dilihat dari namanya yaitu first in first out yang artinya masuk pertama keluar pertama, maka pada metode ini unit persediaan yang pertama kali masuk ke gudang perusahaan akan dijual pertama.

Metode FIFO ini adalah metode untuk menentukan harga pokok penjualan dengan cara mengasumsikan bahwa produk yang sudah terjual merupakan produk terlama dalam inventaris. Biaya yang dikeluarkan untuk produk terlama itulah yang digunakan dalam perhitungannya.
Lebih Singkatnya lagi, metode FIFO akan menghapus produk paling awal yang masuk dari akun persediaan setiap terjadi pencatatan penjualan.
Misalnya, anda menjalankan bisnis penjualan kue kering, maka kue kering yang terlebih dahulu dijual yaitu kue kering yang pertama kali masuk ke toko Anda. Perhitungan biaya dari kue kering yang terjual pertama itulah yang dijadikan sebagai biaya pokok penjualan.
Metode persediaan barang FIFO ini didasarkan pada asumsi bahwa aliran cost masuk persediaan harus dipertemukan dengan hasil penjualannya.
Sebagai akibat dari metode ini, maka biaya per unit dari persediaan yang masuk terakhir dipakai sebagai dasar penentuan biaya barang yang masih dalam persediaan pada akhir periode atau diaggap sebagai persediaan akhir.

Metode FIFO ini cocok diterapkan pada perusahaan yang menjual produk yang memiliki masa kadaluarsa, seperti makanan, minuman, obat dan lain sebagainya.
Metode FIFO inilah yang merupakan metode yang paling umum digunakan dalam pencatatan persediaan.

Kelebihan dari metode FIFO

  • Nilai persediaan disajikan secara relevan di laporan posisi keuangan.
  • Menghasilkan laba yang lebih besar.
  • Laporan atau data Mudah Dipahami dan Diterima Secara Universal
  • Meminimalisir  adanya Pemborosan
  • Laporan Keuangan riil dan Sulit untuk Dimanipulasi

Kekurangan dari metode FIFO

  • Pajak yang harus dibayarkan perusahaan ke pemerintah menjadi lebih besar.
  • Laba yang dihasilkan kurang akurat

Nah, itulah metode FIFO dalam pencatatan persediaan.

2. Metode Persediaan Last In First Out (LIFO)

Metode LIFO artinya adalah yang masuk terakhir keluar pertama. Metode ini mengasumsikan unit persediaan yang dibeli pertama akan dikeluarkan di akhir. Artinya yaitu, unit yang dijual pertama adalah unit persediaan yang terakhir masuk ke gudang. Jadi biasanya persediaan akhir barang dagangan akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang pertama atau awal masuk.
Metode biaya persediaan LIFO ini adalah didasarkan pada asumsi bahwa aliran keluar biaya persediaan adalah kebalikan dari kronologi terjadinya biaya.
Pada metode ini, harga beli terakhir dibebankan ke operasi dalam periode kenaikan harga (inflasi), sehingga laba yang dihasilkan akan kecil dan pajak yang terutang juga menjadi lebih kecil.
Namun, berdasarkan PSAK 14 metode LIFO tidak boleh digunakan lagi.

3. Metode Average (Rata-Rata Tertimbang)

Metode yang ketiga ini yaitu metode average biasa disebut metode rata rata tertimbang. Metode average ini membagi antara biaya barang persediaan untuk dijual dengan jumlah unit yang tersedia.
Sehingga persediaan akhir dan beban pokok penjualan dapat dihitung dengan harga rata-rata. Metode average adalah titik tengah atau perpaduan dari metode FIFO dan LIFO.
Dalam penerapan metode Average berarti perusahaan akan menggunakan persediaan barang yang ada di gudang untuk dijual tanpa memperhatikan barang mana yang masuk lebih awal atau akhir.

Nah, itulah pembahasan kali ini mengenai Metode Pencatatan dan perhitungan Barang pada Bagian Gudang. Semoga artikel ini bermanfaat untuk anda.

Tinggalkan Balasan