Juli 26, 2024
Home » Adab Adab dalam Menasihati

Menasihati atau memberikan nasihat kepada orang lain adalah hal baik yang di anjurkan. Menasihati berarti memberikan masukan untuk orang lain dalam berbuat kebaikan untuk sesama. Namun ada cara cara tersendiri bagi seseorang yang hendak memberikan nasehat kepada orang lain, salah satunya haruslah memiliki sikap lembut, santun dan beradab di dalam menyampaikan nasehat. Meskipun orang yang meminta nasihat berada di jalur yang salah, sebaiknya hindari untuk menghardik dan mengungkapkan kalimat yang seolah olah memojokkan.
Tak hanya itu, banyak sekali Adab Adab dalam Menasihati yang bisa kita jadikan acuan dan akan di bahas secara lengkap dalam artikel kali ini.
Apa sajakah Adab Adab dalam Menasihati tersebut?

Adab Adab dalam Menasihati

Niat Ikhlas Menasihati Karena Allah SWT

Berniat menasihati secara ikhlas karena Allah termasuk salah satu adab menasihati yang di anjurkan. Mengapa demikian?
Dimulai dari Kata niat (نية) dalam Bahasa Arab berarti keinginan dalam hati untuk melakukan suatu tindakan.
Niat adalah bermaksud melakukan sesuatu dan bertekad mengerjakannya.

Rasulullah SAW bersabda:

إنما الأ عمال بالنيات ، وإنما لكل امرئ ما نوى

Artinya: “Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Berniat secara ikhlas untuk menasihati merupakan suatu kebaikan yang mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT.

Di riwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:

إن الله تعالى تجاوز لأمتي عما حدثت به أنفسها ما لم تتكلم به أو تعمل به

Artinya: “Sesungguhnya Allah SWT mengampuni umatku dari apa saja yang terbesit dalam hatinya, selagi belum terucap atau belum terlaksana.”

Baru memulai untuk berniat baik saja sudah mendapat kebaikan apalagi berniat mengingatkan orang lain dan di dasari dengan keikhlasan pula. Maka Allah akan memberikan pahala yang lebih besar dari apa yang tidak di ketahui.

Dalam konteks ini, keikhlasan dan ketulusan menjadi faktor penting dalam pemberian nasihat. Tidak di butuhkan sikap ria dan ingin di puji orang lain dalam menasihati. Selain itu, menasihati juga berniat membagi saran kebaikan untuk orang lain dan bukan mengolok olok dan menghina orang lain. Jadi, jangan lupa niat baik menasihati ya!

Menasihati dengan sembunyi sembunyi

Menasihati hendaknya di lakukan dengan sembunyi sembunyi, kenapa? Jika menasihati secara terang terangan di hadapan orang banyak akan menjatuhkan seseorang yang akan di nasehati.
Sebaiknya nasihat di berikan saat tidak ada orang lain yang mengetahui, tidak ada khalayak ramai di sekitarnya.

“Siapa yang menasehatimu secara sembunyi sembunyi, maka ia benar
benar menasehatimu. Siapa yang menasehatimu di khalayak ramai, dia sebenarnya menghinamu,” (Imam Syafi’i).

Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata :

تعمدني بنصحك في انفرادي . وجنبْني النصيحة في الجماعهْ .فإن النصح بين الناس نوع. من التوبيخ لا أرضى استماعهْ . وإن خالفتني وعصيت قولي. فلا تجزعْ إذا لم تُعْطَ طاعهْ

“Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri. Jauhilah memberikan nasihat di tengah tengah keramaian. Sesungguhnya nasihat di tengah tengah manusia itu termasuk sesuatu Pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya. Jika engkau menyelisihi dan menolak saranku. Maka janganlah engkau marah jika kata katamu tidak aku turuti.” (Diwan Imam Syafi’i halaman 56)

Nasihat yang di berikan di depan banyak orang. Sama saja mempermalukan orang yang akan di nasihati di depan orang banyak. Jadi sebaiknya kita semua bisa menjaga adab menasihati dengan baik ya!
Dengan begitu nasihat tidak akan melukai orang orang yang dinasihati. Sebaliknya, nasihat akan membawa ketenangan hati seseorang yang dinasihati serta membawa perasaan bahagia karena nasihat adalah sebuah perhatian.

Menasihati Sesuai dengan syariat

Menasihati sebaiknya tidak di lakukan dengan asal, namun sesuai dengan syariat.
Maksudnya bagaimana sih?
Nah, Kata dasar syariat yang berasal dari Bahasa Arab yakni syara’a yang artinya memulai, mengawali, memasuki, memahami.
Sebenarnya dalam islam, syariat adalah segala ketentuan Allah yang di syariatkan bagi hamba hamba Nya, baik menyangkut akidah, ibadah, akhlak, maupun muamalah.
Pastinya ada tata caranya, tidak semena mena untuk menasihati.
Berikut ini beberapa kata syariat yang di temukan dalam Al Quran:

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu)…” (QS. Al Jatsiyah: 18)

لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا

“Untuk tiap tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.” (QS. Al Maidah: 48)

Hadits Al- Arbain An- Nawawiyah 34
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُوْلُ: «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari Abu Sa’id Al- Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah- lemahnya iman.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 49]
Jadi, menasihati dengan syariat ini bisa di lakukan dengan cara yang baik, sopan santun, menggunakan bahasa yang baik, sikap yang baik, tidak melukai, dengan sapaan yang baik atau salam yang baik di awal nasihat dan di akhiri dengan kalimat yang baik. Itulah cara menasihati sesuai dengan syariat.

Menasihati dengan lembut

Hendaknya nasihat di lakukan secara lembut dan sopan. itu termasuk salah satu Adab dalam Menasihati.
Kelembutan akan mudah masuk di bandingkan dengan kata kasar dan menggebu gebu. Jangan sampai nasihat di berikan dengan cara kasar dan tidak berprikemanusiaan. Tentunya nasihat tidak akan tersampaikan dengan baik dan tentunya akan melukai orang yang di nasihati.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:

إِنَّ الرِِّفْقَ لاَ يَكُوْنُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ

“Tidaklah kelembutan ada pada sesuatu melainkan dia akan menghiasi sesuatu tersebut. Dan tidaklah di cabut kelembutan dari sesuatu melainkan akan memperburuknya.” (HR. Muslim)

Nasihat yang di dasari dengan kelembutan akan terasa indah dan akan bermanfaat untuk seseorang, berbeda jika tidak ada kelembutan di dalamnya maka tidak akan terlihat indah dan penuh dengan keburukan.

Menasihati dengan Mencari waktu yang tepat

Tidak setiap saat orang yang hendak di nasehati itu siap untuk menerima petuah. Adakalanya jiwanya sedang gundah, marah, sedih, atau hal lain yang membuatnya menolak nasehat tersebut. Ibnu Mas’ud pernah bertutur: “Sesungguhnya adakalanya hati bersemangat dan mudah menerima, dan adakalanya hati lesu dan mudah menolak.

Maka ajaklah hati saat dia bersemangat dan mudah menerima dan tinggalkanlah saat dia malas dan mudah menolak.” (Al Adab Asy Syar’iyyah, Ibnu Muflih)

Sebaiknya tunggu waktu yang tepat untuk menasihati. Nasihat tidak akan masuk dengan baik jika bukan pada saat yang tepat. Jadi, tahan nasihatmu untuk dikeluarkan pada saat saat yang tepat. Ini termasuk salah satu Adab dalam Menasihati

Jangan Memaksa Agar Nasihat di terima

Ada kalanya hidup terasa mudah dan menyenangkan, tetapi kadang juga terasa berat. Dalam menikmati liku kehidupan ini di butuhkan rasa sabar, ikhlas, dan semangat yang kuat. Semangat di butuhkan agar anda bisa bangkit dan tak berhenti dalam menghadapi tantangan hidup.

Seorang pemberi nasehat hanyalah seseorang yang menunjukkan jalan, bukan seseorang yang memerintahkan orang lain untuk mengerjakannya. Ibnu Hazm Azh Zhahiri mengatakan: “Janganlah kamu memberi nasehat dengan mensyaratkan nasehatmu harus di terima. Jika kamu melanggar batas ini, maka kamu adalah seorang yang zhalim…” (Al Akhlaq wa As Siyar, halaman 44)

Pada dasarnya, Anda hanya perlu menyampaikan nasihat. Masalah nasihat di terima atau tidak itu tergantung dari masing masing orang yang di nasehati, dia bisa menerima atau tidak. Terkadang orang lain memiliki pemikiran sendiri untuk melakukan sesuatu sesuai dnegan pemikiran dan keinginannya. Jadi jangan pernah memaksa agar nasihat anda di terima ya!
Nah, itulah Adab Adab dalam Menasihati yang perlu anda ketahui. Semoga artikel ini bermanfaat untuk anda.
Sampai jumpa di artikel berikutnya!

Tinggalkan Balasan