Bagikan ke Teman

Kontraksi adalah hal yang ditunggu-tunggu saat akhir trimester ketiga. Namun, bagaimana jika proses ini terjadi lebih awal? Apa penyebab kontraksi dini pada kehamilan?

Karena ini tergolong berbahaya dan sebaiknya anda cegah. Maka tidak ada salahnya mengetahui lebih dalam dan membaca penjelasannya pada artikel kali ini, ya!

Penyebab Kontraksi Dini Pada Kehamilan

Kontraksi dini pada kehamilan, juga dikenal sebagai kontraksi prematur, adalah kontraksi yang terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Kondisi ini dapat menyebabkan persalinan prematur, yang membawa risiko bagi kesehatan ibu dan bayi. Berikut adalah beberapa penyebab umum kontraksi dini:

  1. Infeksi:
  •  Infeksi Saluran Kemih (ISK): Infeksi pada saluran kemih dapat menyebabkan iritasi pada rahim, yang kemudian bisa memicu kontraksi.
  • Infeksi Amnionitis: Infeksi pada kantung ketuban atau cairan ketuban dapat menyebabkan peradangan dan kontraksi dini.
  • Infeksi Vagina: Bakteri atau infeksi lainnya di vagina dapat memicu peradangan yang mempengaruhi rahim.
  1. Masalah dengan Rahim atau Serviks:
    • Serviks Inkompeten: Serviks yang lemah atau tidak cukup kuat untuk menahan kehamilan bisa mulai membuka terlalu awal, memicu kontraksi.
    • Anomali Rahim: Kondisi seperti bentuk rahim yang tidak normal (bicornuate uterus) dapat meningkatkan risiko kontraksi dini.
  2. Kehamilan Kembar atau Ganda:
    • Kehamilan dengan lebih dari satu janin dapat menyebabkan overstretching rahim, yang dapat memicu kontraksi prematur.
  3. Polihidramnion:
    • Kondisi ini terjadi ketika terdapat terlalu banyak cairan ketuban di sekitar janin, yang dapat meningkatkan tekanan pada rahim dan menyebabkan kontraksi dini.
  4. Masalah dengan Plasenta:
    • Plasenta Previa: Plasenta yang menutupi sebagian atau seluruh serviks dapat menyebabkan kontraksi dini karena iritasi.
    • Solusio Plasenta: Kondisi di mana plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum kelahiran, yang dapat memicu kontraksi prematur.
  5. Stres dan Faktor Emosional:
    • Stres fisik atau emosional yang berlebihan dapat mempengaruhi hormon dalam tubuh yang berperan dalam memicu kontraksi rahim.
  6. Aktivitas Fisik Berat:
    • Aktivitas fisik yang berat atau pekerjaan yang memerlukan banyak berdiri dapat meningkatkan risiko kontraksi dini.
  7. Kondisi Medis Kronis:
    • Kondisi seperti hipertensi, diabetes, atau penyakit tiroid dapat meningkatkan risiko kontraksi prematur.
  8. Dehidrasi:
    • Kekurangan cairan dalam tubuh dapat menyebabkan peningkatan hormon oksitosin, yang dapat memicu kontraksi rahim.
  9. Perdarahan Vaginal:
    • Perdarahan pada trimester kedua atau ketiga dapat menjadi tanda masalah yang memicu kontraksi prematur, seperti abruptio plasenta.
  10. Merokok, Alkohol, dan Penggunaan Narkoba:
    • Penggunaan zat-zat ini selama kehamilan dapat meningkatkan risiko kontraksi prematur dan komplikasi lainnya.
  11. Riwayat Persalinan Prematur:
    • Wanita yang pernah mengalami persalinan prematur sebelumnya memiliki risiko lebih tinggi mengalami kontraksi dini pada kehamilan berikutnya.
  12. Faktor Gaya Hidup:
    • Kurangnya perawatan prenatal, nutrisi yang buruk, dan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan risiko kontraksi dini.
  13. Infeksi Menular Seksual (IMS):
    • Beberapa IMS, seperti trikomoniasis atau gonore, dapat meningkatkan risiko kontraksi prematur.

Kontraksi dini bisa merupakan tanda peringatan dari komplikasi serius. Langsung minta penanganan medis agar tidak mengalami kelahiran bayi prematur.

PREVIOUS POST
You May Also Like

01 Comment

  • 8 Resiko dan Bahaya Skoliosis Bagi Ibu Hamil - Ngalam Life,
    10 Oktober, 2024

    […] akan semakin terasa parah jika penderita adalah ibu hamil. Ada beberapa bahaya skoliosis bagi ibu hamil yang harus kita […]

Leave Your Comment: