Juli 24, 2024
Home » Perjanjian Sebelum Bayi Terlahir Di Dunia Menurut Islam

Sebenarnya, setiap masing masing orang mengalami proses sebelum sampai menuju alam dunia seperti sekarang ini.
Keterbatasan manusia hanya dapat mengingat hal hal yang sifatnya jangka pendek. Selama hidup di dunia, mungkin mengingat masa masa balita hanya pada memory yang di anggap penting atau tak terlupakan saja Apalagi pada masa bayi. Bahkan beberapa ingatan dengan mudahnya terhapus walaupun seseorang sudah tumbuh besar dan dewasa.
Keterbatasan inilah yang bisa di jadikan sebagai bukti bahwa seseorang mungkin memiliki memori penting yang tak dapat di percaya namun tak dapat di ingat walaupun telah berusaha secara maksimal. Termasuk perjalanan mulai dari Ketika manusia belum di ciptakan, di saat manusia telah diciptakan, mengalami proses panjang di alam rahim dan sebagainya.
Menurut islam, yang tercatat dalam beberapa hadist dan juga alqur’an, proses manusia sebelum terlahir di dunia sangatlah panjang. Perjalanan ini tidak bisa di ingat manusia namun sebagai umat islam kita hendaknya percaya akan apa yang telah di tetapkan untuk kita dan pastinya meskipun hal hal yang tidak bisa di tangkap oleh nalar kita.

Dalam artikel ini akan di bahas mengenai Perjanjian Sebelum Bayi Terlahir Di Dunia Menurut Islam secara lengkap. Simak penjelasannya berikut ini!

Perjalanan Ruh Manusia

Sebelum di tiupkan ke dalam rahim, ruh seluruh manusia sudah di ciptakan oleh Allah Swt di luar alam dunia. Syaikh Abdul Qadir Al Jailani dalam Sirrul Asrar mengungkapkan bahwa ruh yang pertama kali di ciptakan oleh Allah adalah nur Muhammad,  yakni ruh dan nur Muhammad, pena takdir, dan akal. Tapi kesemuanya dalam satu lingkup yaitu Al Haqiqatul Muhammadiyah (zat Muhammad paling haq) di namakan nur Muhammad karena suci dari kegelapan.

Setelah itu Allah menciptkan ruh semua makhluk di alam Lahut, sebuah tempat termulia paling haq di sisi Nya (ahsani taqwim al- haqiqi). Nah, di sanalah semua ruh makhluk berasal. Setelah empat ribu tahun, Allah menciptakan ‘Arsy dari nur ‘ain Muhammad (pokok cahaya Muhammad).

Lalu Allah menggiring semua ruh dari alam Lahut menuju tempat yang lebih rendah, yakni alam jabarut. Dan ruh ruh itu di berikan nur jabarut oleh Allah.  Pada posisi ini ruh para makhluk di sebut ruh al Sulthani. Usai dari alam jabarut, para ruh di turunkan lagi ke alam malakut. Dan di hiasi oleh Allah dengan nur al malakut. Sehingga ruh tersebut di namakan ruh al Rawwani.

Setelah dari alam Malakut, para ruh akan di giring menuju alam Jisim. Dan dengan itu nama ruh disebut ruh al jismaniy. Dari alam inilah ruh ruh manusia di tiupkan oleh Allah ke dalam rahim pada usia kandungan 4 bulan. Ketika ruh sudah berada dalam jasad, tiba tiba mereka lupa tempat mereka berasal, yakni alam jabarut.

Untuk mengingatkan tempat asal para ruh tersebut, maka di utuslah para Nabi dan Rasul di setiap zamannya. Dengan tujuan utama agar ruh ruh itu ingat di mana seharusnya mereka kembali dan berasal. Saat para ruh itu mampu menuju tempat mereka berasal, maka mereka akan kembali bertemu jamalullah (sifat indah Allah). Pusat hati (fua’ad) mereka kembali terbuka. Dan hal itu tidak dapat di lalui dengan ilmu ilmu zahir, melainkan dengan ilmu ilmu batin. Melalui orang-orang ahli bashirah (pandangan hati) dengan cara talqin kepada wali mursyid yang menuduhkan jalan kepada alam lahut.

Usaha usaha untuk mengembalikan ruh dari alam jasad menuju alam lahutmerupakan kewajiban bagi setiap manusia, begitu ungkap Abdul Qadir Al Jailani. Usaha tersebut dapat di lakukan dengan berupaya menuju kemakrifatan. Kemakrifatan yakni terbukanya hijab nafsu. Sehingga mampu melihat kanz al makhfiy (sesuatu berharga yang lembut) melalui lubuk hati yang paling dalam.

Begitulah perjalan ruh mulai dari tempat paling dekat dengan Allah, yakni lahutHingga menuju ke tempat yang paling jauh dari Allah, yakni alam jisim. Dan para ruh tersebut dalam hal ini manusia punya kewajiban untuk kembali mengenal Allah SWT dengan ilmu ilmu batin atau tasawuf.

Perjanjian Manusia Dengan Allah SWT Tuhan Seluruh Alam / sang pencipta sebelum manusia di lahirkan

Sebelum manusia di lahirkan, manusia akan melihat bagaimana kehidupannya di dunia yang akan dia lalui dan dia lewati. Tentunya atas izin Allah SWT.

Percaya Atau Tidak, sebelum terlahir ke alam dunia, ternyata kita mempunyai perjanjian dengan dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala lho!
Perjanjian ini berisi percakapan tentang bagaimana kehidupan manusia di dunia.
Pasalnya, Jika manusia menyanggupi, maka Ia akan lahir dan hidup di dunia, namun jika tidak, Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak akan menakdirkannya menjalani kehidupan di muka bumi.
Sebenarnya kita sudah ditanya 77 kali oleh malaikat. Singkatnya seperti ini, “apakah kamu yakin ingin lahir ke dunia ?” lalu kita di perlihatkan oleh malaikat gambaran gambaran kehidupan kita nanti ketika hidup di dunia.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Q. S. Al Hadid : 8 yakni sebagai berikut:
“Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah, padahal Rasul mengajak kamu beriman kepada Tuhanmu? Dan Dia telah mengambil janji (setia) mu, jika kamu orang orang mukmin”.

Tercatatnya janji manusia dengan Allah SWT ini dalam Al Qur’an bermaksud untuk memperkuat pendapat bahwa tiap insan di kala sebelum lahirnya sudah terikat dengan perjanjian itu. Dalam artian, manusia telah di bekali fitrah untuk mempercayai dan mengakui ketuhanan dan keesaan Nya semenjak belum di ciptakan.

Berikut bunyi Surat Al – A’raf ayat 172 – 173:

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ – 172 اَوْ تَقُوْلُوْٓا اِنَّمَآ اَشْرَكَ اٰبَاۤؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِّنْۢ بَعْدِهِمْۚ اَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُوْنَ – 173

Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung anak cucu Adam, keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksiannya terhadap diri mereka sendiri (seraya berfirman), ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka menjawab, ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.’ (Kami melakukannya) agar pada hari Kiamat kamu (tidak) mengatakan, ‘Sesungguhnya kami lengah terhadap hal ini,’ atau agar kamu (tidak) mengatakan, ‘Sesungguhnya nenek moyang kami telah mempersekutukan (Tuhan) sejak dahulu, sedangkan kami adalah keturunan yang (datang) setelah mereka. Maka, apakah Engkau akan menyiksa kami karena perbuatan para pelaku kebatilan?’
Jadi, sebenarnya perjanjian atas kehidupan sudah di lakukan sejak ia masih dalam kandungan. Di kuatkan lagi oleh pernyataan dalam Al Quran. Namun tidak sedikit orang yang mengingkarinya.

Keinginan Besar Manusia Saat Ingin Hidup di Dunia

Jadi sejak kita dalam kandungan ibunda kita usia 4 bulan, saat ruh sudah masuk dalam janin, Allah menyampaikan tawaran kepada kita untuk berkomitmen kepada Allah yang berbentuk perjanjian yang tadi telah kita bahas.

Kata Allah apakah kamu siap menjadikan saya Tuhan yang kamu sembah? Maka dengan itu saya akan penuhi semua kebutuhanmu, kalau kamu minta saya beri, kamu sakit saya sembuhkan, kamu butuh saya anugerahkan, kamu ingin saya persembahkan, kamu ingin rezeki saya tampilkan, kamu sakit saya sembuhkan, kamu salah saya maafkan, kamu dosa saya ampuni.

Maka kita katakan “Ya Allah siap tanpa pertimbangan lagi, Kami yakin, kami akan sembah Engkau sebagai Tuhan dan Ya Allah mohon nanti saat terlahir kabulkan setiap kebutuhan yang kami dapatkan, kalau kami butuh kami akan minta, kalau kami sakit kami akan mohon disembuhkan, kalau kami salah kami akan mohon di maafkan, kalau kami berdosa kami mohon di ampuni Ya Allah”. Itulah perjanjian kita, maka kita katakan “syahidna” yang artinya kami bersyahadat.

Untuk itulah Nabi mengatakan setiap yang terlahir itu sudah ada fitrah di dalam dirinya kecenderungan untuk mendekat kepada Allah Subhanahuwata’ala,”

Setiap manusia telah bersaksi atas Keesaan Allah

Janji janin kepada Allah adalah Keesaan terhadap Allah SWT. Hal ini disaksikan oleh Adam dan penduduk langit. Setelah terlahir ke dunia, kita tidak mengingat perjanjian itu karena fitrah manusia yang pelupa.

Secara tidak langsung, kita sudah berikrar untuk mengakui ketuhanan Allah dan juga mengakui keesaan Allah, kita tidak akan beribadah kepada selain Allah, kita tidak akan meminta tolong kepada selain Allah. Konsekuensinya, kita tidak alasan untuk tidak meng esakan Nya.
Sayangnya banyak sekali manusia yang tidak mengakui keesaan Allah bahkan menyekutukan Allah.

Penetapan Allah Sebelum Bayi Lahir ke dunia

Sebenarnya Allah menetapkan qadar kepada manusia di dalam rahim, qadar yang di tetapkan oleh Allah ada empat yakni umur, rezeki, bahagia, dan sengsara. Hal ini tidak dapat diganggu gugat. Semua telah di atur oleh Allah SWT.

Hidup dan mati setiap manusia ada di tangan Allah. Seseorang tidak akan mati kecuali dia telah menyempurnakan umurnya. Artinya sudah mencapai batas yang ditentukan oleh Allah SWT.

Tujuan manusia Di lahirkan Ke Dunia

Sebenarnya tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia beribadah kepada Allah SWT 
QS. Adz Dzariyat: 56 yang berbunyi:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada- Ku.” (QS. Al- Dzariyat: 56)
Makna ibadah dalam Islam adalah tunduk dan patuh sepenuh hati kepada Allah. Tidak ada manusia yang di ciptakan selain untuk beribadah kepada Allah.

Nah, Sebenarnya semua ruh Terlahir agama islam. Tapi dalam penerapannya di dunia, banyak yang memiliki agama selain islam.

Tujuan manusia di ciptakan menurut Islam juga untuk mengemban amanah.
Hal ini sesuai dengan QS al Ahzab ayat 72 yang berbunyi: ”Sesungguhnya kami Telah menge- mukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, di pikulah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”

Itulah pembahasan kita kali ini mengenai Perjanjian Sebelum Bayi Terlahir Di Dunia Menurut Islam. Semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua dan semoga kita senantiasa selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT.

1 thought on “Perjanjian Sebelum Bayi Terlahir Di Dunia Menurut Islam

Tinggalkan Balasan