Desember 4, 2024
Home » Banyak Sekolah Tutup, Jepang Alami Krisis Populasi?
png_20230501_121934_0000

Belakangan ini media sosial menjadi heboh karena berita dan video tentang sekolah di Jepang yang tutup permanen. Bahkan tidak sedikit diantara sekolah yang tutup tersebut terlihat megah, fasilitas lengkap dan masih sangat layak untuk digunakan. Usut punya usut, ternyata maraknya sekolah yang tutup ini bukanlah hal pertama terjadi di negara Sakura tersebut, apakah Jepang krisis populasi?

Berita dan video yang banyak viral tentang sekolah tutup atau rumah-rumah di Jepang yang terbengkalai adalah curahan hati para pekerja imigran. Penduduk Indonesia yang bekerja dan tinggal di Jepang mendadak sering membagikan fakta mencengangkan ini. Ternyata selama beberapa tahun terakhir Jepang tengah mengalami krisis populasi.

Setidaknya, ada minimal 450 sekolah yang selalu tutup setiap tahunnya dan ini adalah data langsung dari pemerintahan Jepang. Bahkan, ada sekitar 9000 sekolah yang tutup secara permanen dari tahun 2002 hingga 2020 silam. Bayangkan saja bagaimana sepinya penduduk di sana terutama di desa-desa terpencil.

Viralnya penurunan populasi di negara ini menyebabkan banyak orang percaya akan terjadi kiamat populasi di Jepang. Bagaimana tidak, banyak faktor yang bisa menyebabkan ramalan tersebut menjadi kenyataan seperti:

Ketatnya Peraturan Tentang Imigrasi, Jepang Krisis Populasi?

Selain masalah penurunan populasi di Jepang, ternyata para imigran yang ingin masuk juga tidak mudah. Ada banyak persyaratan dan peraturan ketat tentang imigrasi yang harus mereka lalui. Ditambah lagi dengan suasana yang makin sepi di pedesaan dan sejumlah kota kecil.

Tentu saja, para calon imigran akan berpikir dua kali untuk datang dan menetap. Dan, resiko kemungkinan penurunan tajam populasi pada negara ini semakin nyata.

Tingkat Kehidupan Lebih Tinggi

Walaupun terancam mengalami depopulasi serius. Ternyata, angka kehidupan di negara ini sangat tinggi. Penduduk Jepang bisa hidup hingga 84 tahun lamanya (riset dan data survey tahun 2020). Jika kita bandingkan dengan negara kita, tentu angka ini sangat tinggi.

Inilah mengapa kebanyakan penduduk di Jepang tergolong tua dan jarang ada anak-anak lagi. Mereka lebih memilih untuk hidup dengan damai tanpa perlu memiliki anak dalam hidup mereka.

Angka Kelahiran Rendah

Berbanding terbalik dengan rata-rata angka kehidupan di sana, ternyata angka kelahiran malah jauh lebih rendah. Jarang sekali ada pasangan di Jepang yang ingin membesarkan anak. Seperti pada poin sebelumnya, mereka lebih suka hidup damai sendirian atau hanya bersama pasangannya.

Inilah mengapa banyak imigran pekerja di Jepang memutuskan untuk melahirkan anak dan menetap di Jepang. Sebab, biaya lahiran dan setiap kelahiran anak sangat diapresiasi oleh warga negara dan pemerintah di Jepang

Urbanisasi Yang Tinggi

Faktor selanjutnya adalah kebiasaan urbanisasi penduduk. Para remaja atau dewasa muda lebih suka tinggal dan pindah ke kota-kota besar. Sehingga, kawasan desa semakin sedikit penduduknya dan biasanya hanya orang tua saja.

Resesi Sex dan Perubahan Lingkungan Sosial

Hal yang paling dominan dan menjadi faktor utama adalah resesi sex. Kebanyakan pasangan muda di Jepang lebih suka bekerja dan menghabiskan waktu mereka untuk lebih produktif. Memang, di negara maju seperti Cina dan Korea juga mengalami hal serupa.

Namun, fakta tentang resesi sex ini jauh lebih tinggi di Jepang. Wanita di Jepang memilih untuk menjadi wanita karir daripada harus membesarkan anak-anak. Belum lagi mereka dihantui akan biaya membesarkan anak yang mereka anggap tinggi.

Jadi, saat ini ada banyak rumah kosong yang disita negara karena tidak ada penunggunya loh. Belum lagi sekolah-sekolah tanpa murid yang tutup permanen, apakah masih tertarik tinggal di Jepang?

1 thought on “Banyak Sekolah Tutup, Jepang Alami Krisis Populasi?

Tinggalkan Balasan